Sabtu, 27 Desember 2008

Panggilan Kemenangan

Andaikata kita sembahyang boleh dilakukan dengan bahasa masing-masing, bukankah akan lebih mudah dikerjakan? mengapa mesti dengan bahasa arab? Apakah Tuhan hanya mengerti bahasa timur tengah itu? Demikian sering tanda tanya ketidak puasan mengental di hati sejumlah masyarakat yang gandrung kembali kepada tradisi nenek moyang.

Alkisah seorang nenek dari jawa tengah bertetangga dengan nenek berasal dari cianjur, kedua-duanya sama-sama totok tidak mengerti bahasa lain.Pernah mereka terlibat dalam ketegangan meruncing akibat salah paham. Ceritanya, karena amat baik hati, melihat nenek jawa tengah kehabisan minyak tanah, si nenek Cianjur tanpa diminta mengantarkan sekaleng kerumah tetangganya itu.
Dengan mempergunakan bahasa sunda nenek itu bertanya,"Ini minyak tanah,ditaruh dimana?"

Meskipun samar-samar,nenek jawa itu tahu maksudnya sebab ada kata dimana, jadi ia menjawab,"Dituang saja,"dalam bahasa jawa.

Tentu saja nenek cianjur itu marah,lantaran "dituang" artinya dimakan,menurut bahasa sunda. nenek jawa itu disangka menghina dan mempermainkan pertolongan orang lain. Untung akhirnya masalah itu dapat diselesaikan oleh pamong desa setempat.

Itu kejadian diluar masjid, tetapi,begitu mereka bersama-sama hendak bershalat jama'ah didalam masjid, persoalan bahasa tidak menjadi penghalang lagi karena, baik yang sunda maupun jawa bersembahyang menggunakan bahasa yang sama, bahasa Al-Qur'an. Bayangkan, apabila imam dan makmum-makmumnya memakai bahasa masing-masing, bukankan waktu membaca "Amin" saja suasana shalat bisa gaduh? Orang arab menjawab "Amin", Orang jakarta mengatakan "Kabulkanlah",Orang inggris menyahut "May God Bless Us", Orang jawa tengah berseru "Lah Mbok dingahisih",Orang solo menggumam "Mugi-Mugidipun sembadani".

Dan umpamanya dibikin masjid untuk tiap bahasa sendiri-sendiri, alangkah banyaknya masjid harus dididirikan di negeri kita, serta tak dapat dibayangkan bertapa ributnya tiap kali adzan di kumandangkan . Ada yang bang "Allah Nan Gadang", ada yang "Allah Sing Gede Nemen", Ada yang Adzan "Allah Nun Agung Pisan" . Ada pula yang "Allah Ingkang Ageng Sanget". Wah, Kacau-balau.

Oleh sebab itu,Rasullullah Muhammad saw yang amat sangat kita cintai. Sangat bijaksana ketika menentukan
bagaimana Adzan memanggil Umat untuk Bersembahyang harus dilafalkan, Mula-Mula ada yang mengusulkan agar seruan berjama'ah dilakukan dengan mengibarkan bendera. Sahabat lain menganjurkan supaya dengan meniup terompet. Ada lagi yang punya saran untuk membunyikan lonceng atau genta. Semuanya tidak disetujui oleh Rasulullah, Beliau menyepakati lafal As-shalaat seperti diusulkan Umar bin khattab, Dan lafal itulah yang untuk beberapa masa didengungkan oleh bilal dari puncak Ka'bah. Cuma beberapa waktu kemudian disempurnakan menjadi as-shalaatu jaami'ah oleh bilal.

Namun, Pada suatu malam seorang sahabat bernama Abdullah Bin Zaid dalam tidurnya bermimpi. Ia melihat seorang lelaki berjubah serba hijau mondar-mandir di depannya sambil membawa genta. Abdullah menegurnya dan berkata ingin membeli genta itu. "Untuk Apa?" Tanya lelaki berjubah serba hijau itu keheranan."Untuk menyerukan umat supaya bersembahyang jama'ah",jawab Abdullah bin Zaid mengemukakan keinginannya.

Lelaki itu tersenyum seraya menggeleng,"Tidak layak memanggil orang menyembah tuhan maha besar dengan
membunyikan genta.

Dengarkanlah seruan lebih tepat".

Lantas lelaki berjubah itu menerangkan lafal adzan seperti yang kita kenal sekarang. Hikmahnya, Ucapan Allahu Akbar Adalah guna mengingatkan manusia bahwa yang besar hanya Allah.Swt. Manusia dan kehidupannya di dunia sungguh kecil. Yang Maha Besar Hanya Allah.Swt, dan kehidupan di hadirat-Nya. Disusul dengan lafal syahadatain, mengandung makna bahwa manusia tidak cukup hanya bertuhan saja, melainkan harus mengikuti agama untuk mencapai ibadah yang benar. dan karena Muhammad.Saw adalah Rasul terakhir. baru setelah itu diserukan untuk mengerjakan Shalat dengan lafal "Hayya' alas-shalaat. sebab shalat baru diterima bila mengikuti cara-cara yang dicontohkan oleh Rasulullah.Saw.Bila sudah Shalat,berarti kemenangan pun mudah diperoleh,lantaran shalat adalah permulaan dari kemenangan mengatasi goda'an hawa nafsu, Dan perjuangan mengalahkan hawa nafsu adalah permula'an dari kemenangan diatas perjuangan menaklukkan musuh dimanapun. setelah kemenangan itu direbut, tidak ada yang patut dipekikkan kecuali menyerukan kembali kebesaran Allah.Swt, karena tiada daya dan kekuatan melainkan dengan pertolonganNya.

Allah yang mana yang harus kita agungkan? Tidak lain Adalah Allah yang tiada Tuhan kecuali dia.

Pada waktu rekaman mimpi ini diberitahukan kepada Rasulullah.Saw , Beliau dengan bergembira menyetujuinya
sebagai lafal Adzan semenjak saat itu, Oleh Bilal, Tiap kali bang subuh ditambahkan kalimat As-shalaatu khairun minannaum, Shalat itu lebih utama dari pada tidur, setelah kalimat hayya 'alal-falah.


( Cerita Ini saya ambil dari buku 30 kisah teladan "Oleh K.H Abdurrahman Arroisi". Semoga bermanfaat bagi kita semua Wassalam. )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar