Kemarin ada kejadian menarik di Stadion gajahmada mojosari. Stadionnya “ anak muda “ ini dirazia oleh Polisi PP ( “Pura – Pura” bukan kepanjangannya hehehehe....... ) dan masyarakat setempat.
Razia yang pas bertepatan pada “ hari valentine “ ini cukup heboh juga, pasalnya selama ini di stadion ini jarang, bahkan mungkin tidak pernah ada Razia semacam ini sebelumnya.......... Biasanya sih cuma polisi yang rajin menggalakkan ( emang udah galak dari sononya ) razia, namun hanya perseorangan atau muda – mudi yang pacaran tapi nggak bawa KTP ( apa hubungannya pacaran sama ktp hayo ), dan penangkapan penjahat seperti copet, maling, pemalak dan sebangsanya.....
Yah kita tahulah, dan pasti kalo pernah mampir ke stadion ini pasti tahu kalo tempat ini selain sebagai tempat hiburan rakyat kecil ( ya karena selain gratis, tapi juga tempatnya enak dibuat refreshing ), juga terkenal sebagai tempat “mesum” terselubung, para anak muda yang kesini ya kalo tidak mencari hiburan, pasti cari pelampiasan, tapi dengan cara negatif, ya seperti minum – minuman keras, main cewek, balap liar dan sebagainya............ apalagi stadion yang sekarang. Pasca di relokasi ke bagian utara stadion yang memang tempatnya memberikan suasana agak tersembunyi karena gelap dan sepi, makin banyak saja cafe – cafe remang – remang maupun terang – terangan hehehe....... bermunculan.
Inilah yang selama ini membuat masyarakat sekitar stadion itu menjadi resah, gundah gulana...... apa'an sih, kok tambah ngawur ya ??, maksudnya masyarakat sekitar merasa terganggu dengan adanya cafe – cafe tersebut, ya selain cafe tersebut kerap dijadikan ajang perselingkuhan, dan mabuk – mabukan, kerapkali cafe – cafe ini juga menyetel suara musiknya keras – keras sampai larut malam, bahkan ada salah satu cafe dan cafe lainnya saling bersaing keras – kerasan suara "salon speaker" ( pengeras suara kamsudnya ), dan bernyanyi karaoke sampe suara si penyanyi yang menurutnya sendiri merdu itu kedengaran layaknya orang yang sedang diranjang hehehe........... pokoknya ancur deh............
Dan menurut keterangan " penjabat " setempat ( sapa lagi kalo bukan kepala desa hehehe ), mereka ( masyarakat ) tidak rela dan tidak sudi setengah mati kalo cafe – cafe itu tetap berada disana, mereka meminta para pengusaha cafe disana untuk pindah, intinya kalo mereka mendirikan warung disini sih silakan – silakan aja, tapi kalo cafe ya sori aja.......... padahal kalo dipikir – pikir warung ama cafe apa bedanya sih........... kok malah membingungkan gini undang – undangnya, diskriminasi banget ya.......